Tag: tips bisnis liquid vape

  • 7 Kesalahan Fatal Saat Memulai Bisnis Liquid Vape (dan Cara Menghindarinya)

    7 Kesalahan Fatal Saat Memulai Bisnis Liquid Vape (dan Cara Menghindarinya)

    Industri vape di Indonesia memang terlihat menjanjikan. Komunitasnya aktif, pasarnya terus berkembang, dan margin keuntungannya bisa sangat menarik. Tapi di balik peluang besar itu, banyak brand liquid vape yang tumbang di tahun pertama.

    Kenapa? Karena banyak pelaku usaha yang terjebak dalam kesalahan mendasar—yang sebenarnya bisa dihindari kalau dari awal sudah punya strategi yang tepat.

    Artikel ini akan bahas 7 kesalahan paling umum dalam membangun brand liquid vape dari nol. Lengkap dengan solusi konkret supaya Anda bisa langsung evaluasi dan perbaiki.

    1. Bikin Rasa Cuma Berdasarkan Selera Pribadi

    Banyak brand baru langsung produksi rasa yang mereka sendiri suka—padahal belum tentu itu yang disukai pasar. Selera pribadi tidak selalu mewakili kebutuhan market. Apalagi kalau langsung produksi dalam jumlah besar tanpa validasi.

    Solusi:

    • Coba dulu di batch kecil. Kirim ke komunitas, reviewer, atau open tester. Kumpulkan feedback real, baru lanjutkan produksi skala besar.

    2. Brandingnya “B aja” dan Gampang Dilupakan

    Nama generik, desain label seadanya, dan nggak punya karakter. Alhasil, di rak toko atau feed marketplace, brand Anda tenggelam.

    Solusi:

    • Bangun identitas yang kuat dari awal. Bikin nama yang mudah diingat, tone komunikasi yang konsisten, dan visual yang sesuai dengan audience target. Cerita di balik brand juga penting—bukan cuma desain bagus.

    3. Belum Siap Legalitas tapi Sudah Produksi Massal

    Tanpa IUI, NPPBKC, atau pita cukai, produk Anda rawan ditarik dari pasar. Banyak yang ngerasa aman karena jualan online atau skala kecil. Tapi begitu pengawasan meningkat, bisnis bisa kena dampak besar.

    Solusi:

    • Kalau belum bisa urus sendiri, cari maklon yang legalitasnya sudah lengkap. Jadi Anda bisa mulai jualan dengan tenang sambil belajar prosesnya pelan-pelan.

    4. Produksi Terlalu Banyak di Awal

    Antusiasme itu bagus, tapi kalau langsung produksi ribuan botol tanpa tahu apa yang disukai pasar, bisa jadi blunder. Banyak yang akhirnya numpuk stok, modal nyangkut, dan harus bakar harga untuk habisin barang.

    Solusi:

    • Mulai dari kuantitas kecil dulu. Tes varian, lihat mana yang paling diminati, baru scale up. Jangan buru-buru, fokus dulu ke validasi dan repeat order.

    5. Gak Punya Rencana Distribusi Jelas

    Sudah punya produk, tapi bingung jual ke mana? Banyak brand berhenti di tahap produksi karena nggak siap channel distribusinya. Padahal, distribusi adalah separuh dari strategi.

    Solusi:

    • Tentuin dari awal, mau main di komunitas, ke vape store, atau marketplace? Siapin juga strategi reseller atau dropshipper biar barang jalan tanpa harus semua dijual sendiri.

    6. Pilih Partner Maklon yang Kurang Transparan

    Maklon yang murah belum tentu bagus. Banyak kasus rasa tidak sesuai request, biaya-biaya tersembunyi, atau legalitas nggak beres. Akhirnya produk gagal di pasar atau malah bermasalah hukum.

    Solusi:

    • Minta portofolio, testimoni klien, dan legalitas lengkap. Coba batch kecil dulu. Jangan langsung kontrak besar tanpa tes kerja sama.

    7. Promosi yang Gak Konsisten

    Konten cuma upload sesekali. Nggak ada story, nggak ada feedback loop. Akhirnya brand nggak berkembang, meski produknya sebenarnya enak.

    Solusi:

    • Buat plan konten mingguan. Bangun narasi dan komunitas. Kolaborasi dengan reviewer, adakan polling rasa baru, dan aktif di channel yang sesuai. Brand liquid yang dikenal itu bukan yang viral sesaat, tapi yang konsisten hadir dan dekat dengan audiensnya.

    Kesimpulan

    Bisnis liquid vape bisa kasih hasil yang besar, tapi juga penuh tantangan. Hindari 7 kesalahan ini, dan Anda akan jauh lebih siap membangun brand yang legal, kuat, dan dipercaya pasar.
    Ingat, di industri ini: rasa enak aja nggak cukup. Yang penting adalah positioning yang jelas, branding yang kuat, dan strategi yang jalan.